Lamunan usil tentang masa depan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 sore, aku masih duduk menyendiri di teras warung donut waralaba asing, yang sewaktu launching dulu antriannya mengular hingga puluhan meter. Menikmati secangkir cappuccino dan sepotong donut, otakku berputar-putar gak jelas, sampai akhirnya kelelahan dan asyik dengan lamunan ngalor-ngidul.

Tiba-tiba...
"de.. Apa kabar?
Sapaan itu mengagetkan aku dari lamunanku. Bertambah kaget lagi setelah tau pemilik suara berat itu. Wayan, temen sekelas di bangku smp sedang berdiri menatapku, sambil menggendong bocah laki-laki kecil berumur kurang lebih setahun, tangan yg satunya menggandeng tangan mungil gadis cilik nan manis, menggemaskan.

Bergegas aku berdiri dari duduk dan menyalaminya.
"Baik dan sehat, Yan. Kamu sendiri gimana?" tanyaku.
"Ya.. Beginilah adanya.. Yang penting tetap sehat, biar bisa ngasi makan istri dan tiga anakku" sahutnya.
"TIGA?" mataku melotot karena kaget.
"iya, tuh satu lagi yang sulung" sambil menunjuk seorang gadis kecil bersama ibunya sedang berjalan menuju arah kami.
"Inilah masa depanku. Tempatku bergantung dimasa tua nanti" pasrahnya.
Selanjutnya obrolan kami menjurus pada nostalgia masa lalu. Masa-masa ABG yg penuh keceriaan dan kebandelan, tentang teman-teman, tentang guru-guru, ibu warung disamping sekolah, etc... etc... etc... Hehehe..

Pukul 04.15 Wayan yang bekerja sebagai montir di bengkel kecil kakaknya, dan istrinya beringsut mau melanjutkan acara menengok mertua yang rumahnya gak jauh dari pertokoan ini. Aku menonton mereka yang berjalan memunggungiku. Keluarga kecil yang Bahagia, demikian kesimpulanku. Meskipun aku tidak tau pasti apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Aku melanjutkan lamunanku.
Menikah, punya anak, kerja yang giat, investasi buat anak dan pensiun. Ah.. Sederhana banget..
Apa aku yang terlalu ribet memikirkan tetek bengek yang sebenarnya tidak begitu pantas untuk dipikir? tanyaku dalam hati. Melihat kebahagiaan si Wayan tadi, sempat terusik bertanya dalam hati, apa Wayan sudah memikirkan apa yang akan diberikan kepada ketiga anaknya kelak?

Ah.. Biarlah, kalo ada waktu aku pengen ngobrol usil dengan dia.. Biar waktu yang menjawab. Pikiranku memang lagi usil banget.

Komentar